Pemerintah “Matikan” Penghasilan Petani Rotan Kalimantan

Pemerintah “Matikan” Penghasilan Petani Rotan Banjarmasin, BARITO Petani Rotan Sahbudinnor mengeluhkan penghasilan masyarakat, sebab harga Rp750 perkilo, dan sehari hanya dapat 50 kilogram dari penjualan rotan. "Biaya hidup saja 100 ribu perhari, sehingga tidak mencukupi, jika mengandalkan bertani rotan," katanya. Padahal harga rotan saat eksport dibuka mampu memenuhi biaya hidup setiap hari. Namun sekarang justru larangan ekspor dari pemerintah justru membuat kondisi petani rugi. "Ini terkesan pemerintah “mematikan” penghasilan petani rotan. Bahkan lahan rotan kini telah dijual untuk usaha sawit kepada pembeli," kata Sahbudinor kepada pers, Selasa (26/7). Dia berharap, ekspor dibuka kembali untuk regulasi dengan kebijakan pemerintah. "Kami rasa bila regulasi diekspor diperbolehkan, maka petani tidak ada lagi pengangguran," beber Perserong dari Barito Utara Ukuran rotan 811 tidak laku di dalam negeri, harganya cuma Rp5 ribu perkilogram, padahal di luar negeri harga bisa mencapai 9 dolar perkilogram. Sementara itu, Sekjen DPP Perkumpulan Petani Pedagang dan Industri Rotan Kalimantan M Irwan Riadi memperkirakan rotan yang tidak laku terjual, justru dimanfaatkan oknum penyeludup untuk dibawa ke luar negeri. "Kita telah dikadali oleh oknum, agar rotan Kalimantan semakin hilang di pasaran," katanya. Rotan harusnya diperhatikan dengan baik oleh pemerintah, terutama Permendag No 35/2011 dimana dalam peraturan tersebut menahan laju pertumbuhan ekonomi di Kalimantan seperti industri hulu dan hilir budidaya rotan. "Perdagangan rotan usaha kecil mengalami kerugian, terutama produksi hati dan kulit rotan," katanya. Dia berharap, ada perhatian pemerintah, dengan terjun langsung untuk melihat kondisi rotan di Kalimantan. Anyaman rotan bukan industri hulu dna hilir rotan, tapi hanya industri lanjutan. "Kami sudah memprotes ke pemerintah, tetapi hasilnya nihil, sebab keluhan kami tidak direspon," tambah Ketua DPP Perkumpulan Petani Pedagang dan Industri Rotan Kalimantan M Nirwandi Serapan rotan semakin kecil, sehingga terlihat upaya mematikan rotan. "Jadi upaya mematikan rotan sangat jelas, sebab ada bahan sentetis pengganti rotan," katanya. Langkah ke depan, dia mengaku akan stop produksi secara menyeluruh, karena dalam kondisi titik nadir. "Bila tidak ada respon pemerintah tentu akan kami siap untuk melimpahkan produksi rotan di luar Kalimantan," katanya. Serapan hanya 15 persen produksi rotan, di Kalsel harusnya 600 ribu ton perbulan potensinya. "Ditengarai Singapura dan Malaysia yang ikut bermain agar ekspor rotan dilarang pemerintah. Karena mereka bisa memproduksi rotan sintetis," kata. 3-4 tahun lagi rotan akan musnah di Bumi Kalimantan, sebab petani enggan untuk budidaya rotan untuk kebutuhan hidup selanjutnya. afdi/brt

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Alumnus SHD dan SPP Gelar Reuni di Banjarmasin

Harga Promo Sepuasnya, Samosir Karaoke Dilaunching di Banjarmasin