Pengusaha Karet Kalimantan Selatan dan Tengah Terancam Punah

Pemerintah Buka Keran Bagi Asing Berinvestasi di RI
Pengusaha Karet Kalselteng Terancam Punah
Banjarmasin, BARITO
Pengusaha Karet Kalselteng menolak asing masuk berinvestasi di RI. Alasan, kondisi penghasilan karet di Indonesia, khusus Kalimantan Selatan dan Tengah sangat rendah, dalam beberapa tahun terakhir saja harga hanya Rp13 ribu perkilogram dengan 100 persen kadar karet kering (K3). Akibatnya, pengusaha karet di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah terancam punah.
Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Kalimantan Selatan dan Tengah Andreas mengaku, heran dengan sikap pemerintah Indonesia yang membuka keran bagi asing untuk berinvestasi. "Ya, kami tolak kebijakan pemerintah itu. Ya mati lah kami pengusaha karet di daerah," ujar Andreas Winata, Minggu (14/2).
Pengusaha asing sangat siap dengan modal besar, sedang pengusaha lokal saat ini dalam kondisi sulit.
Pemerintah tahu persis, sambung dia, devisa terbesar kedua Indonesia setelah migas adalah karet. Penurunan devisa yang tajam terjadi bukan karena pengusaha tidak mampu meningkatkan kinerjanya. Industri crumb rubber ini sudah lesu 5 tahun belakangan karena fundamental kompleks. "Selain minimnya bahan baku, ada lagi pengurangan permintaan dari Amerika Serikat, Tiongkok dan Jepang. Kemudian minyak dunia harganya turun," papar Andreas.
Andreas menanggapi terbitnya Paket Kebijakan Ekonomi X yang diumumkan oleh Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution pada Kamis, 11 Februari 2016. Dalam kebijakan baru itu, pemerintah mengubah komposisi saham asing menjadi 100 persen untuk industri crumb rubber yang semula hanya 49 persen.
Pria enerjik ini menyebutkan, pemerintah terburu-buru mengambi keputusan pembukaan investasi asing 100 persen bagi industri crumb rubber. Kedatangan investasi asing, menurutnya hanya akan menambah beban terhadap harga karet yang cenderung terus menurun. "Pemerintah seharusnya justru memberikan 'vitamin' bagi industri crumb rubber Indonesia. Industri dalam negeri itu tidak akan bisa bersaing dengan investasi asing yang bunga modal kerjanya 3 persen, sementara kita 13 persen. Bagaimana persaingan mau setara dan sehat? Ini yang kita pertanyakan,?" ujarnya.
Kendati demikian, dia berharap pemerintah masih mau membangun industri crumb rubber domestik. Beberapa upaya yang bisa dilakukan yakni untuk jangka pendek melakukan moraturium penambahan dan kapasitas pabrik. Selain itu, bekerja sama dengan Thailand, Malaysia, dan Vietnam untuk menyeimbangkan pasokan dan permintaan. Untuk jangka panjang yakni hilirisasi.
"Apabila konsumsi dalam negeri masih di bawah 50 persen, maka harga karet masih bergantung pada pasar global. Pemerintah seharusnya mengundang PMA untuk industri hilir," kata Andreas.
Kini anggota Gapkindo Kalselteng hanya berjumlah 17, termasuk 2 perusahaan yang tidak beroperasi.
Realisasi ekspor karet Kalsel tahun 2010-2015 sebesar 619.000 ton, realisasi penjualan lokal sebanyak 173.993 ton, dan realisasi produksi 806.746 ton.
Kemudian realisasi eks
por karet Kalteng tahun 2010-2015 sebanyak 503.623 ton, realisasi penjualan lokal 40.997 ton, dan realisasi produksi 550.846 ton.afdi/brt

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Alumnus SHD dan SPP Gelar Reuni di Banjarmasin

Harga Promo Sepuasnya, Samosir Karaoke Dilaunching di Banjarmasin