Ekonomi Lemah, Dunia Konstruksi Makin Buruk
Ekonomi Lemah, Dunia Konstruksi Makin
Buruk
Banjarmasin, BARITO
Ketua BPP Asosiasi
Profesi Tenaga Ahli Konstruksi Indonesia (Aptakindo) Kalimantan
Selatan Tubagus Suryawikadi mengungkapkan, nilai tukar mata uang jangan diserahkan kepada pasar. Alasannya,
investor luar sangat senang, mengingat kondisi dolar semakin naik. "Ini
harus diproteksi oleh pemerintah agar dolar tidak naik, sehingga kondisi
ekonomi semakin membaik," beber Tubagus, Senin (28/9)
Dia memastikan,
permainan kaum kapitas berada di minyak dan mata uang. "Indonesia sudah
didominasi oleh kapitalis, dan nilai tawar rupiah rendah," beber konsultan
asli
banua ini serius.
Apalagi, sambung Tubagus, dunia konstruksi kurang baik, akibat kontrak yang
tetap. "Jadi harus ada klausul dalam kontrak, jika ada perubahan harga dan
sejenisnya yang mengacu bahan impor," katanya.
Salah satu bisa
diklausul, seperti volume pekerjaan tidak berubah, namun harga berubah, atau
volume tetap, hara tetap. "Ini klausul yang perlu disepakati oleh SKPD dan
pelaku usaha," tuturnya.
Terkait masalah
tenaga ahli, dia mengungkapkan, akan melakukan pembenahan internal, dan ke
depan diharapkan pembinaan oleh LPJK semakin baik. "Organisasi harus
dibina secara internal dan tenaga ahli pun akan dimaksimalkan," kata
Bagus.
Bagus
meyakinkan, tren pertumbuhan pasar konstruksi nasional terus meningkat dari
tahun ke tahun seiring tingginya kebutuhan pembangunan infrastruktur di Tanah
Air.
Nilai
pasar konstruksi nasional diperkirakan mencapai Rp 407 triliun tahun 2015 ini.
Sayangnya, nilai "kue konstruksi" yang sangat besar ini tidak dapat
dinikmati secara adil dan merata oleh kontraktor nasional, khususnya kontraktor
kecil yang semakin sulit bersaing.
Pertumbuhan
pasar konstruksi nasional memang terus meningkat signifikan seiring pembangunan
infrastruktur di dalam negeri, mulai dari 2012 mencapai nilai Rp 284 triliun,
2013 mencapai Rp 369 triliun, dan tahun ini diperkirakan mencapai Rp 407
triliun.
Menurutnya, ketersediaan infrastruktur
untuk mendukung laju perekonomian mutlak dibutuhkan, utamanya jika ingin
menghindari terjebaknya pendapatan kelas menengah (middle income trap).
Pemerintah bersama swasta harus menggenjot investasi prasarana publik agar
mampu menghantarkan sebagai negara 10 besar dunia beberapa tahun mendatang.
Persoalan yang membelit sektor
konstruksi juga banyak. Mulai dari regulasi yang belum sepenuhnya mendukung
ruang gerak kontraktor, minimnya SDM berkualitas, rendahnya kepercayaan bank
lokal mendukung pembiayaan, ketergantungan bahan baku impor, serta yang paling
krusial, belum adanya kepastian hukum. karena sekitar 90 persen dari mereka
adalah perusahaan golongan kecil yang belum memiliki tenaga ahli kompeten, di
samping para penanggung jawab teknisnya kurang di bidang kemampuan manajerial.
Padahal, prediksi ke depan pasar konstruksi sangat menggembirakan. afdi/brt
Komentar
Posting Komentar